Setelah Komandan Hamas tewas, Suriah pun turun tangan membantu Palestina di Jalur Gaza.
Membalas serangan Israel, Suriah pun meluncurkan tiga pucuk roket yang ditembakkan ke wilayah Israel, Jumat (14/5/2021).
Belum ada laporan terkait korban jiwa dalam insiden tersebut.
Serangan ini dikhawatirkan memperluas medan peperangan saat Israel bertempur melawan para milisi di Jalur Gaza.
Serangan roket dari wilayah Suriah ini terjadi sehari setelah tiga roket ditembakkan ke Israel dari Lebanon.
Kedua serangan tersebut meningkatkan kekhawatiran bahwa perang melawan kelompok bersenjata di Jalur Gaza dapat meluas ke bagian lain di Timur Tengah.
Belum ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan roket dari wilayah Suriah tersebut.
Peluncuran roket dari Suriah ini terjadi ketika pertempuran antara Israel dengan Hamas dan kelompok milisi lainnya meningkat.
Melansir TribunManado.co.id dengan judul Suriah Luncurkan 3 Roket Rudal Bombardir Israel, Bantu Militan di Gaza, Medan Perang Semakin Luas, pasukan darat Israel bahkan menembak target di Jalur Gaza ketika jet Israel meluncurkan serangan udara.
Di sisi lain, sayap bersenjata kelompok Hamas telah meluncurkan ribuan roket ke arah Israel.
Kendati pasukan darat Israel menembaki Jalur Gaza, sampai saat ini mereka belum menyeberang ke daerah kantong tersebut.
Militer Israel terakhir kali menginvasi Jalur Gaza pada 2014 sebagaimana dilansir The Hill.
Serangan tersebut membuat puluhan tentara Israel dan ribuan warga Palestina tewas dalam pertempuran yang brutal.
AS telah mengirim Hady Amr, wakil asisten Menteri Luar Negeri AS untuk urusan Israel dan Palestina, ke wilayah itu untuk mencoba memadamkan pertempuran.
Tetapi, sejauh ini belum ada pihak yang mengindikasikan bahwa masing-masing pihak akan menghentikan serangan.
Komandan Hamas Tewas
Di tengah Pandemi Covid-19 dan dalam suasana Lebaran 2021, Israel dan Palestina terlibat bentrok hingga menewaskan Komandan Hamas.
Ada sederet rentetan serangan udara yang intens dilancarkan Israel di Gaza sejak matahari terbit pada Rabu (12/5/2021).
Ledakan besar pun terjadi di Gaza.
Penyerbuan itu menyasar lusinan target dalam beberapa menit, yang memicu ledakan yang menggetarkan seluruh Gaza.
Serangan udara berlanjut sepanjang hari, memenuhi langit dengan pilar asap.
Jelang Idul Fitri, malam itu jalanan Kota Gaza menyerupai kota hantu, orang-orang berkerumun di dalam ruangan.
Tidak ada malam yang semarak, belanja dan restoran yang ramai pada malam terakhir Ramadhan umumnya.
Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Mesir mengatakan bahwa upaya gencatan senjata sedang dilakukan, tetapi tidak ada tanda-tanda kemajuan.
Letusan kekerasan saat ini dimulai sebulan lalu di Yerusalem. Polisi Israel selama bulan suci Ramadhan melakukan tindakan keras, setelah ancaman penggusuran puluhan keluarga Palestina oleh pemukim Yahudi memicu protes dan bentrokan dengan polisi.
Titik fokusnya adalah Masjid Al-Aqsa, yang dibangun di atas kompleks puncak bukit yang dihormati oleh orang Yahudi dan Muslim.
Di lokasi itu Polisi Israel menembakkan gas air mata dan granat kejut ke arah pengunjuk rasa yang melemparkan kursi dan batu ke arah mereka.
Hamas, yang mengaku membela Yerusalem, meluncurkan rentetan roket dari kota itu pada Senin malam (10/5/2021), memicu pertempuran beberapa hari terakhir.
Militer Israel mengatakan, militan Hamas telah menembakkan sekitar 1.500 roket hanya dalam tiga hari. Itu kira-kira sepertiga jumlah yang ditembakkan selama seluruh perang 2014.
Israel, dalam periode yang sama, telah menyerang lebih dari 350 sasaran di Gaza, sebuah wilayah kecil di mana 2 juta warga Palestina tinggal di bawah blokade Israel-Mesir, sejak Hamas mengambil alih kekuasaan pada 2007.
Dua brigade infanteri dikirim ke daerah tersebut, menunjukkan persiapan untuk kemungkinan invasi lapangan.
Saluran televisi Israel 12 melaporkan, Rabu (12/5/2021), bahwa Kabinet Keamanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengizinkan perluasan ofensif.
Kepala PBB Antonio Guterres mengutuk peluncuran roket tanpa pandang bulu dari daerah sipil di Gaza menuju pusat populasi Israel.
Akan tetapi, dia juga mendesak Israel untuk menunjukkan pengendalian maksimum.
Sementara itu, AP melaporkan Menteri Luar Negeri AS Antony J Blinken menelepon Netanyahu untuk mendukung hak Israel untuk membela diri.
Dia mengatakan telah mengirim seorang diplomat senior ke kawasan itu untuk mencoba meredakan ketegangan.
Taktik Israel
Dalam taktik yang menggemakan perang masa lalu, Israel mulai menargetkan anggota senior sayap militer Hamas.
Serangan ini meratakan tiga gedung bertingkat tinggi, dalam taktik yang telah menarik perhatian internasional di masa lalu.
Israel mengklaim semua bangunan itu menampung pusat operasi Hamas. Tetapi bangunan itu juga termasuk apartemen dan bisnis tempat tinggal.
Dalam semua kasus, Israel mengklaim melepaskan tembakan peringatan. Itu disebut memungkinkan orang lain untuk melarikan diri, dan tidak ada laporan tentang korban sipil.
Melansir AP pada Rabu malam (12/5/2021), Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan jumlah korban tewas meningkat menjadi 65 warga Palestina, termasuk 16 anak-anak dan lima wanita.
Hamas membenarkan tewasnya tujuh militan, dan mengakui bahwa seorang komandan tertinggi dan beberapa anggota lainnya tewas.
Sementara Israel melaporkan tujuh orang tewas, empat orang yang tewas diantaranya pada Rabu (12/5/2021).
Korban termasuk seorang tentara yang terbunuh oleh rudal anti-tank dan seorang anak berusia 6 tahun yang terkena serangan roket.
Militer Israel mengklaim jumlah militan yang terbunuh sejauh ini jauh lebih tinggi daripada yang diakui Hamas.
Letnan Kolonel Jonathan Conricus, seorang juru bicara militer Israel, mengatakan sedikitnya hari itu 14 militan tewas. Terdiri dari 10 orang diantaranya merupakan anggota "manajemen puncak Hamas" dan empat ahli senjata.
Secara keseluruhan, Israel mengklaim sekitar 30 militan telah terbunuh sejak pertempuran dimulai.
Bentrokan sipil
Pertempuran tersebut telah memicu bentrokan kekerasan antara orang Arab dan Yahudi di Israel, dalam adegan yang belum pernah terlihat sejak tahun 2000.
Netanyahu memperingatkan bahwa dia siap untuk menggunakan "tangan besi jika perlu" untuk menenangkan kekerasan.
Tapi bentrokan buruk meletus di seluruh negeri Rabu malam.
Massa Yahudi dan Arab bertempur di pusat kota Lod, pusat masalah, meskipun keadaan darurat dan jam malam.
Di dekat Bat Yam, segerombolan kaum nasionalis Yahudi menyerang seorang pengendara mobil Arab, menyeretnya dari mobilnya dan memukulinya sampai dia tidak bergerak.
Di Tepi Barat, militer Israel mengatakan telah menggagalkan serangan penembakan Palestina yang melukai dua orang. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan tersangka pria bersenjata itu tewas. Tidak ada detail yang segera tersedia.
Masih belum jelas bagaimana pertempuran di Gaza akan memengaruhi masa depan politik Perdana Menteri Israel Netanyahu.
Dia gagal membentuk koalisi pemerintah setelah pemilihan parlemen yang tidak meyakinkan pada bulan Maret. Sekarang saingan politiknya memiliki waktu tiga minggu untuk mencoba membentuk koalisi.
Saingannya telah mendekati partai kecil Islamis Arab.
Tetapi semakin lama pertempuran berlangsung, semakin hal itu dapat menghambat upaya mereka untuk membentuk koalisi.
Kondisi itu dapat meningkatkan kekuatan Netanyahu jika pemilihan lain diadakan, karena keamanan adalah janji yang kuat dengan publik.
Israel dan Hamas telah berperang tiga kali sejak kelompok militan itu merebut kekuasaan di Gaza dari pasukan Palestina yang bersaing pada 2007.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah meluncurkan penyelidikan atas kemungkinan kejahatan perang oleh Israel dan Hamas.
Dalam pernyataan singkatnya, jaksa ICC Fatou Bensouda mengatakan dia menekankan keprihatinan atas meningkatnya kekerasan dan "kemungkinan dilakukannya kejahatan."
ICC menyelidiki tindakan Israel dalam perang masa lalu di Gaza.
Masalahnya, Israel bukan anggota ICC dan tidak mengakui yurisdiksi ICC, dan menolak tuduhan tersebut.
Namun secara teori, ICC dapat mengeluarkan surat perintah dan mencoba menangkap tersangka Israel saat bepergian ke luar negeri.
Conricus, juru bicara militer, mengatakan pasukan Israel menghormati hukum internasional tentang konflik bersenjata dan melakukan yang terbaik untuk meminimalkan korban sipil.
Israel menyalahkan Hamas atas korban sipil karena kelompok itu menembakkan roket dari daerah pemukiman.
Emanuel Gross, seorang profesor dari Fakultas Hukum Universitas Haifa, mengatakan Israel harus "mempertimbangkan keprihatinan ICC".
Namun dia meyakini militer Israel memiliki landasan hukum yang kuat, sementara roket menyerang kota-kota Israel.
"Jika Anda diserang oleh kelompok teroris, (Itu artinya) Anda membela diri," katanya kepada AP.
Posting Komentar
Posting Komentar